EVE - Wall-E

Senin, 16 November 2015

dukungan spontan dan tindakan heroik di bangsa indonesia

Dukungan Spontan dan Tindakan Heroik di Berbagai Daerah di Indonesia

A.   Dukungan Spontan Terhadap Proklamasi
Setelah mendengar berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat menyambut dengan gembira dan penuh semangat untuk mempertahankannya. Hal ini nampak dari dukungan spontan terhadap proklamasi.
Dukungan spontan ini umumnya bertujuan mengusahakan secepatnya tegaknya negara Republik Indonesia.


1.      Komite Van Aksi
Komite Van aksi merupakan utusan Laskar perjuangan yang terdiri dari Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh Indonesia (BBI), dan lain-lain.  Pada 2 September 1945 memberikan dukungan terhadap negara kesatuan RI dengan mengeluarkan sebuah manifesto yang disebut “Suara Rakyat Nomor 1”.
2.      Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” yang bersifat kerajaan, sebagai daerah istimewa dalam wilayah negara Indonesia. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dinyatakan pada tanggal 5 September 1945.
Berikut kutipan pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX :
a.      Bahwa Negara Ngayogyakarta Hardiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari negara Republik Indonesia.
b.      Sebagai kepala daerah, Sri Sultan HB IX memegang pemerintahan di wilayah kesultanan Yogyakarta.
c.      Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah pusat RI dan Sultan Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri Yogyakarta langsung kepada presiden RI.           
Pernyataan ini merupakan kebesaran jiwa dan pengorban Sultan Hamengkubuwono IX dalam mendukung berdirinya Negara Republik Indonesia.
Kemudian Presiden Republik Indonesia, Soekarno secara khusus mengirim utusan ke Yogyakarta untuk menyampaikan piagam pernyataan Pemerintah Republik Indonesia yang menyatakan :

Kami Presiden Republik Indonesia menyatakan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdurachman Sayidin Panotogomo Khalifatullah Ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa, dan raga untuk keselamatan daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.
Djakarta, 19 September 1945
Presiden Republik Indonesia.

Soekarno

Pernyataan Sultan dan Piagam Pemerintah RI inilah menjadi dokumen historis yang menjadi dasar keistimewaan Propinsi Yogyakarta.
3.      Rapat Raksasa di Lapangan IKADA
Comitë van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam merencanakan rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945.
Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan struktur awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
a.      Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka.
b.      Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
Lalu, presiden Soekarno berpidato selama lima menit. Beliau meminta agar rakyat percaya pada pemerintah. Setelah 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA, akhirnya massa membubarkan diri karena sudah puas atas kehadiran pemimpin negara Indonesia.

Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, namun memiliki makna besar, yaitu :
a.      Berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
b.      Merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c.      Berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.

B.    Tindakan Heroik di Berbagai Daerah di Indonesia
Sejak dikumandangankan proklamasi kemerdekaan, bendera Merah Putih berkibar dimana-mana. Di samping itu, pekik “Merdeka” menjadi salam nasional. Keadaan itu mengambarkan dukungan luas rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan.
·         Tindakan Heroik Terhadap Jepang
Tindakan terhadap Jepang terutama untuk merebut dan melucuti senjata-senjata Jepang. Tujuan melucuti senjata Jepang :
a.   Mendapatkan senjata untuk modal perang.
b.   Mencegah senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan sekutu.
c.   Mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh rakyat.
1.      Pertempuran di Surabaya dan sekitarnya
Selama bulan September 1945, rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don Bosco. Merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong, Malang. Dan pada tanggal 1 Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi rahasia) yang dianggap lambing kekejaman Jepang.
2.      Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia daerah Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut tangsi Otsukai Butai.
3.      Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi.
Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang.
Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.
4.      Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi, pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945 dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera Merah-Putih.
5.      Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr.  Sam Ratulangi dengan merebut gedung-gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebuAt senjata dari markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan Desember 1945, rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 secara serentak para pemuda melakukan penyerangan terhadap Jepang.
6.      Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut. Pimpinan pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
7.      Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa Insiden. Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.
8.      Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi. Mereka melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
·         Tindakan Heroik Terhadap Sekutu
Berikut ini adalah beberapa contoh tindakan heroik terhadap sekutu:
  1.      Peristiwa bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di hotel Yamato, yaitu peristiwa penyobekan bendera Belanda merah putih biru, menjadi bendera merah putih. Peristiwa itu disebut Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.
Lalu, saat terbunuhnya Jenderal Mallaby pada tanggal 28 Oktober 1945, pihak sekutu menuduh para pemuda Indonesia yang menuduhnya. Inggris mengeluarkan ultimatum agar pemuda Indonesia yang merasa membunuh menyerahkan diri sampai batas waktu tanggal 10 November 1945. Karena ultimatum tidak ditanggapi maka terjadi pertempuran antar Sekutu dengan Arek-arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo untuk mempertahankan Surabaya dari gempuran sekutu hampir satu bulan lamanya. Akhirnya, tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

  2.      Peristiwa Bandung Lautan Api
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945 di kota Bandung, disebabkan oleh adanya tuntutan sekutu agar para pemuda menyerahkan senjata dan meninggalkan kota Bandung paling lambat 29 November 1945. Pasukan TRI akhirnya menyerbu Sekutu serta membumi hanguskan kota Bandung Selatan. Tokoh dalam Bandung Lautan Api diantaranya : Kol. A. H. Nasution, Kol. Hidayat, Moh. Toha, dan Aruji Kartawinata.
  3.      Peristiwa Medan Area
Tentara yang dipimpin oleh Jenderal Ted Kelly mendarat di Medan dan ternyata diboncengi oleh tentara NICA yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Mereka menuntut para pemuda menyerahkan senjatanya, namun tidak dipenuhi sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 13 Oktober 1945.
  4.      Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi.
Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di Semarang.
Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
            Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan melucuti senjata Jepang.
  5.      Peristiwa Palagan Ambarawa
            Pertempuran  ini terjadi tanggal 21 November sampai 15 Desember 1945. Pertempuran terjadi antara TKR dengan Belanda dan Sekutu. Pertempuran bermula ketika tentara Sekutu secara sepihak membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan di Magelang dan Ambarawa. Setelah mendapat bantuan dari Devisi V pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Sekutu dapat dipukul mundur. Untuk mengenang pertempuran ini, didirikan monument dan museum Palagan Ambarawa.
  6.      Pertempuran Margadana di Bali
            Pertempuran ini terjadi di desa Margadana pada tanggal 18 November 1946 yang dipimpin oleh I Gusti Ngura Rai dengan pasukannya Ciung Wanara. Peristiwa ini terjadi karena menentang pembentukan NIT. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah Rai mengadakan perlawanan habis-habisan sehingga disebut dengan Perang Puputan.
  7.      Pertempuran di Biak

            Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak member sambutan hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Maret 1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Peristiwa ini diawali dari penyerangan tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat. Para pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak.  Serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum seumur hidup.  

sumber : http://virdarutvi.blogspot.co.id/2014/02/dukungan-spontan-dan-tindakan-heroik-di.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar